Is=Me
Oleh: Egi Heryanto
Aku ingin menulis,
tapi takut dianggap sok puitis
lebih-lebih dicap retoris
atau yang palih parah
diledek sok romantis.
Maka, aku pilih menangis.
Aku sudah menangis,
tapi mereka masih saja kritis
mencari kesalahanku,
yang seolah tidak pernah habis.
ketika menyanggah, aku malah dibilang sok dramatis.
Maka, aku pilih egois.
Aku sudah egois,
tapi dianggap tidak humanis.
yang lain bilang aku apatis,
kurang kritis dan skeptis.
Mereka tertawa,
katanya hidupku sangat ironis.
Maka, aku pilih dinamis.
Ketika sudah dinamis,
masih saja salah premis,
mereka tetap anarkis
layaknya orang-orang fetis.
Dibilangnya aku tidak asepsis,
punya paham solipsis dan seorang ateis.
Maka, aku pilih statis.
Aku sudah statis,
diam dan sangat ritmis.
menjadi fonetis dan linguis.
tapi masih dikecam terlalu melankolis.
kata mereka aku laki-laki sifilis, zimosis,
dan sakit enuresis.
Maka, aku pilih gerimis.
Sudah jadi gerimis,
hujan yang jatuh tipis-tipis.
Masih saja dihujat mereka,
yang layaknya residivis
karena separatis
dan sitolisis.
Maka, aku pilih canabis.
Sudah menyesap canabis,
aku malah pusing soal diatesis
juga terhadap mereka yang tidak apologetis.
Sebentar lagi,
hidupku akan berakhir tragis,
mati sebagai seorang morfinis.
Yang pernah tersenyum pada hal-hal tidak empiris,
dan dikenang sebagai
orang yang optimis.
Persetan! Aku tetap ingin menulis.
(Jakarta, 10 Oktober 2015)
0 komentar: