Seperti ini Kisahnya
Seperti ini KisahnyaOleh: Egi H
ia memang tak ingin sampai
pada pencapaian yang ia sendiri
tak mengerti. sekalipun ia mampu,
tapi bukan itu barangkali yang sanggup membebaskannya.
ia memang tak terlalu suka keadaannya sekarang ini,
semu dan lebih sering statis. meski ia tahu dalam hidupnya masih ada suatu hal berharga (keindahan juga perasaan takut) di alam fantasinya sendiri.
ia memang tak lagi jadi bahan pembicaraan di gerombolan-gerombolan penyeduh kopi
walau masih dekat dan mengenal betul rasa disalah artikan
atau diajak pergi pembual kawakan.
ia memang tak lagi jadi tempat bernaung gadis-gadis dengan segala permasalahan
sekalipun ia sanggup memberi pencerahan dua atau tiga kali lebih banyak dari masalah itu.
tapi ia masih hafal betul
bagaimana tangis pecah saat orang-orang berada pada ranjang mereka–
tangis perempuan yang butuh untuk didengarkan–dan ia mau tak mau harus menyisihkan kesempatan isitirahnya,
pada saat itu.
ia memang tak lagi senang mengencani gadis-gadis yang muncul dari kata-kata ala pujangga kelas teri berunjuk gigi
menebar diabetes di hati yang serba murah. meski ia tahu betul ia belum terlalu tua untuk melakukannya lagi,
toh ingatannya masih kuat untuk menyusun kata-kata bualan seperti yang pernah dan berhasil ia lakukan dulu.
ia memang tak jadi apa-apa kini. sekalipun ia memaksa keinginannya harus terpenuhi.
ada yang habis seperi baterai jam dinding.
ada yang usang seperti buku bekas kiloan yang nominalnya lebih murah dari sempak babu-babu rumah mewah.
ia memang sudah diganti.
sekalipun ia ingin mengulangi keperkasaannya
dan hilang sadar bahwa keadaan berganti.
ia memang ingat semua hal,
tapi ia tak ingat satu sebab,
ia sudah habis.
habis dan belum diupgrade.
habis dan belum diisi ulang.
habis dan jadi bahan tertawaan
orang-orang yang sudah bangga pernah ia lukai,
pada saat itu.
4 Oktober 2016
0 komentar: