MCK
MCKOleh: Kaka Cahea Caradhiki
Jantan betina umpama.
Rintik remang dan lampu hujan.
Belati meruji bergulir membelah punggung kasap tempat broker memvorsir pekerja sesuai tenggat.
Aku bingung sama tapir besi yang kutumpangi kembali melengking mengusir keledai yang tidak mau memberi jalan.
Perihal takdir dan masa depan.
Hari tua yang merona.
Makin senja makin ranum.
Lalu gulita.
Jagung tumbuh berbuah, dipanen lalu dibiarkan mengering ditanah yang subur.
Itu karena umur.
Kembali untuk pergi.
Hidup untuk mati.
Kamu jantan ku kamu betina ku.
Lalu aku apa mu?
Jengah merasa terbenam.
Terperosok obrolan yang semakin mengawang.
Terantuk saat pagi menjelang.
Tersenyum melirik denting mempercepat torsi.
Kamu kembali riang di ujung lorong.
Seakan tidak peduli dengan resah yang menjadi temanmu saat sendiri.
Perempuan penertawa sepi.
Perbolehkan aku menjadi pengganti resahmu saat kamu seorang diri.
Resahmu nyaris tidak pernah kamu tunjukan.
Kamu yang sistematis dalam melangkah
Bingung adalah tidak ada untukmu.
Tangis mengisak.
Air mata itu berharga, yang disimpan khusus untuk menghadapi sesuatu yang mungkin tidak bisa kamu hadapi. Ya too?
Kamu perawan tunggal, bertumpu menggilas apa apa yang kamu sebut mengganggu.
Kamu perkasa, menghantam apa apa yang menghalau jalanmu.
"Aku tidak bisa melihat langit, sejak kecil." Katamu.
"Karena kau ditakdirkan menjadi langit" kataku.
Setelah itu kulihat tangismu, menggelugu.
Kamu tak menangis begitu ketika bercerita tentang hidupmu yang hampir berakhir waktu terjatuh kekolam renang saat baru di usapi minyak angin oleh mama mu.
Dasar kamu
Perempuan tampan.
Lelaki cantik.
Ya too? Dan aku mau buang air besar.
Yk, 2 Oktober 2016
0 komentar: