Layar Tancap,Bergerimis
Oleh : Dena Isni Pasha
November hampir selesai
Kali ini berbeda dengan dua kali November lalu
Dua kali November berhasil menciptakan rindu
Menciptakan cerita-cerita tentang sesuatu yang bisakubanggakan
dan kelak kudongengkan sebelum anakku tidur
Cerita-cerita yang diawali dengan “Dik, dulu…”
Kemudian seperti di layar tancap ceritaku berputar ramai
Orang bilang aku mahir bercerita
Dan apabila benar, bukankah dua kali November itu mampu jadicerita andalanku?
Sebelum November kali ini, aku tidak pernah khawatir
Aku tidak pernah mencibir
Aku tidak perlu
Namun, satu kali di dua tahun yang lalu
Satu cerita tentang jalannya kereta
Langit tiada jingga, namun merah muda
Aku tidak peduli apa yang terjadi sebelumnya
November dua tahun lalu, waktu itu hanyalah untuk waktu itu
Aku tidak peduli tentang lingkaran api yang sempat terjadi
Hanya malam setelah sore di rel kereta, dan dua-tiga malamyang berlanjut setelahnya
Fantasi menjadi nyata di sebuah kota yang berbahaya
Dan pulanglah kembali di kota yang mereka sebut sebagaijelmaan Nirwana
Omong kosong, aku kata
November berikutnya
Cerita lain di kereta yang lain, berpacu dengan melodi sederhana
Adaptasi dari sebuah cerita lama berjudul ‘Hidup ini Indah’
yang ditujukan untuk siapa saja yang pantas mendapatkannya
Namun beberapa memang tidak pantas,
Teruntuk orang yang ramai dan berani
Menggertakkan “Sinema bukan segalanya”
Memang bukan, memang bukan
Namun bencilah putaran roda seluloid di teater
Bencilah cerita tentang masa depan dan masa lalu
Bencilah gadis-gadis sempurna di layar tancap
Aku yakin, Sinema bukan sesuatu yang bisa dihindari
Adalah sebuah ketidakmungkinan untuk membencinya
Dan November kedua ini, menghidupkan sinema
Seakan-akan sinema menjadi sosok teman yang bisa selaludipercaya
Yang tidak akan berburuk sangka, yang menjaga rahasia
Dan tentunya menjadi bagian dalam keluarga
Fantasi tidak terjadi, namun realita yang lebih nyatamengajarkan
Bahwa mimpi perlu tujuan, dan aku memahami tujuan atasmimpi-mimpi
Yang bergeliat di kemelut awan dalam kepalaku, terasa berat
Rol film untuk November kedua, habis
Putaran berikutnya
Tidak ada cerita tentang rel kereta
Atau bahkan senja
Ada banyak goresan di rol film kali ini
Ada banyak harapan yang padam
Meskipun sudah berkobar bagai api abadi
Tapi harapan ini hanya api kompor LPG
Tiup kencang dan tetesi air garam, padam
November kali ini
Sudah hampir selesai
Bukankah wajar aku menginginkan petualangan
Atau sekadar meminta agar mimpi mampir lagi
Aku sudah menemukan tujuan atas mimpi-mimpiku
Sudah cukup lama
Karena diantara hal-hal yang mampu aku benci,
Merindu adalah salah satunya
Ada rindu yang benar-benar tersaru setiap malam
Tetapi rindu itu meminta diabaikan
Dan sekarang, aku duduk di kursi kamarku
Lagu Lemon Tree mengiringi
seakan memang Fools Garden menciptakannya untuku
Rol film untuk November – November berikutnya,
Jangan jadi seperti November kali ini
Jadilah menyenangkan, dengan warna-warna selain kelabu
Petualangan, hadirkanlah setidaknya satu di dalam putarannya
Berikan kisah-kisah untuk “Dik, dulu…”
November, Bear Brand ku sudah kusesap
Dan hujan berhenti
Wonosobo, 26 November 2015
0 komentar: