"Sebat"
Oleh : Boris Gabe TobingAku nongkrong, tapi cuma satu bokong. Hanya satu kursi kosong yang terisi. Serta telapak tangan basi yang sudah lama tidak kau hangatkan. Keringatmu yang tiba-tiba muncul disela kita bergandengan tangan. Ah begitu sukar dilupakan, karena memang enggan.
Aku masih nongkrong, diatas kursi yang aku pandang dan duduki pertama kali diantara puluhan kursi kosong. Sama seperti kau yang kupandang dan kucinta pertama kali ditengah keramaian pasar malam sabtu kemarin. Yang aku lihat, mulutmu asal ketus mengeluarkan jajaran kata main-main di depan teman-temanmu yang tertawa dan tidak yakin dengan celotehmu yang memang difungsikan untuk main-main
Kopi pesananku datang, ditemani air mineral. Untuk mengimbangi kopi hitam yang akan aku ganyang. Beda halnya dengan aku. Yang datang sebat, sebab tidak kau temani. Walau hanya sekedar duduk berdampingan. Agar kursi-kursi ini tidak mubadzir keberadaannya. Syukur, kalau kau bersedia, mengimbangi ketusku yang main-main dengan tawamu yang tidak pernah main-main
Sampai sekarang, tengah malam. Aku masih nongkrong sebat, sebatang. Sambil melamun, membayangkan ada kau meminum kopi yang sengaja aku pesan dua. Letak gelasnya berdampingan dengan gelas kopiku, yang memang sengaja aku dampingkan. Agar saat kau datang, kau tahu harus duduk dimana, dan bingung harus meminum dari gelas yang mana
(Colomadu, sedang rindu, 18 oktober 2016)
0 komentar: