Mimpi Apa Aku Semalam?
Karya: Egi Heryanto
angin menghempas nikotin pertama
sisa guyur selepas hujan
kealpaan yang menggenang
dalam bening dan nyanyian taklid
yang tak terbaca termometer
seperti takdir, katamu, seperti takdir
hambar pada rokokku
jentik di asbak itu mengabu
“Aku membutuhkanmu,” kita sama tahu
pada tatap yang sebentar,
pada jumpa yang sederhana
dan aku yang mulai tak sabar
menanyakan dimana kau mempelajarinya?
hangat setelah jeda
dibekap sukma,
perkenalan itu
aku di belakang
dan senyum mengambang
yang kau hadirkan di akhir
selepas namamu kudengar
mataku terhias binar
*
aku menjelma kagum yang norak
kupikir kau tahu,
ada yang membuka pintu
tanpa memegang slot
tanpa bising
dan hangat yang kurengkuh
tak lagi asing
mampirlah lebih lama
biar genggam pada sukma
yang merambat ke telingaku
sebagai nyanyi lagu berdansa
karena sepi yang lama, kau tahu
biar luka segera tak lagi ada
baiklah,
lebih baik begini saja
kalau nanti aku punya waktu
dan kau tak lagi keburu
mari sering-sering saling bertatapan,
lalu kita akan tahu
siapa kelak jatuh cinta lebih dulu
Biarlah, kau tetap jadi hujan gaduh
biar aku putung terakhir yang dijentikkan lelaki di asbak itu.
kita sama-sama kealpaan
di hari kemarin.
*
Dan ketika pagi,
aku masih akan bertanya
apakah kau terbangun dan merasakan bahwa aku merindumu?
Atau kau hanya bangun dan tersenyum karena memimpikan dia?
Apapun itu,
ada yang telah dicuri dari diriku
barangkali,
beginilah suaramu menyihir,
hangatmu yang tak membuat ragu
dan napas kecil di pagi harinya,
juga senyum
mungkin senyum,
Tapi, mimpi apa aku semalam?
(Jakarta, 24 November 2015)
*Seandainya waktu hendak menghadiahkan pertemuan sebentar lagi, aku ingin beberapa saat menghapal puisi yang kutulis ketika menghabiskannya, lalu biar waktu mengalah sejenak, ketika aku menjarahkan mereka pada matamu.
0 komentar: