KITA ADALAH PUISI DALAM PERLAWANAN
(image from tumblr)
Oleh: Egi Heryanto
Otoritas bisa jatuh hari ini, besok, atau kapan saja
Kesadaran diri tidak menjadikan arti kalau arah arus belum terbalikkan
musuh bersama hanya langkah awal,
pergerakan tidak semudah
mengarang dongeng pengantar tidur.
dan harus kau ketahui
banyak yang sudah mati di jalan ini.
Hegemoni bisa lenyap hari ini, besok, atau tidak sama sekali
persatuan adalah kebutuhan
persamaan adalah satunya-satunya ukuran
kita akan lama berada di garis depan
memisahkan berani dengan basa-basi
mereduksi kepentingan hierarki
juga aksi tanpa arti.
waktu adalah penghakiman bagi siapa saja yang lemah.
dan harus kau ketahui
menciptakan sejarah besar
tidak seperti menanak nasi.
Tirani bisa hilang hari ini, besok, atau suatu saat nanti
tapi bukan dengan demokrasi
bukan dengan tipu muslihat semacamnya.
Ingatlah Rendra, Ingatlah Wiji.
Diktat-diktat hanya memberi metode
tapi kitalah yang mesti merumuskan keadaan.
kita adalah perlawanan,
kita bukan hidup karena perlawanan
kita hidup untuk menghidupi perlawanan
agar bisa kau ketahui
telah banyak dari mereka tidak memahami untuk apa berada di sini.
Besok,
segalanya bisa lenyap.
tapi waktu dan tuhan tetap ada
walau tidak untuk siapa-siapa.
pilihan kita akan sampai pada kegamangan.
hati kita akan bertatapan dengan dilema dan perasaan takut.
kita akan diinjak kekuatan yang telah salah kita perkirakan
kita akan remuk setiap kali beradu dengan popor senapan.
nyawa kita tak semahal perdebatan sesama
darah kita tak sebanyak pertentangan yang memisahkan tujuan bersama,
sejak kapan kita sekaku ini?
suatu saat nanti kita akan mendengar dentuman itu,
prosesi kejatuhan yang kita awali
dari lusinan kata-kata yang menetas tiap saatnya
membangkitkan kesadaran,
menajamkan pikiran,
juga melepaskan keresahan.
sebab perlu kau ketahui
kata-kata begitu sakti
dan puisi adalah bentuk perlawanan paling indah.
suatu saat nanti, entah kapan.
Ruang Prahara, 18 Oktober 2016
(image from tumblr)
0 komentar: