Sejak Sore Itu

17.47.00 Unknown 0 Comments

Karya: Novan Dwi Saputra

Sampai kapan aku harus terus mencarimu? Detik seakan berhenti bergerak, dan derap langkahmu semakin jauh; hilang.

Aku pernah berjanji pada diriku sendiri, bahwa kau bukan lagi prioritasku. Ah! Bayang bau parfummu seakan tak pernah bisa pergi; melekat.


Apakah aku yang terlalu bodoh untuk terus mengingatmu? Bagaimana tidak? Aura badanmu saja masih sangat kuhafal.

Sejak sore itu, aku mencoba perlahan menghilangkan semua tentangmu, tubuhmu yang setidaknya pernah melekat erat dengan tubuhku, tanganmu yang seolah tak mau lepas dariku; kenanganmu.

Apa seharusnya aku mengatakan permintaan maaf padamu? Kurasa sangat tidak perlu. Pantaskah bila yang selalu teracuhkan ini mengatakan “hey aku minta maaf!” Hahaha sangat hina.

“Aku sangat berhutang 'sakit hati' kepadamu!” Kau katakan itu padaku. Apakah aku ingin kau merasakan itu juga? Sama sekali tidak. Tapi, bagaimana keadaan sekarang? Nampaknya utang yang kau sebut tadi makin menumpuk.

Aku tahu, ini keadaan yang tak diinginkan olehmu, begitupun aku. Senyum, sapa, tawamu sudah sirna. Jangankan itu, menatapku saja sudah jadi hal yang haram; bagimu.


Sudah jelas kan semuanya? Tak perlu lagi ada tanya. Sudah cukup kalimat-kalimat ini membahasakan wajahnya. Dan seperti kisah melodrama di serial tv itu; selalu ada pergi, selalu ada hati yang tanggal dan terpatahkan setiap kali kau pura-pura, menutup mata.

Di ujung sajak ini, sunyi hanya dinding
dan kita ketidakpastian, 
mungkin ketidakmampuan,
semuanya konotasi.

Cukup; selamat tinggal.

0 komentar: