Di Kata Akhir Sebuah Ungkapan
Oleh: Egi Heryanto
Kuberi tahu padamu yang tidak tuntas dulu
menahan bibir ucapkan kata, habislah waktu.
Bersama noktah-noktah ganjil
seperti c minor pada lagu anak-anak
“Benarkah ini hari Sabtu?” tandas bisikmu di telingaku
ini bukan Sabat, tidak ada Yahudi sedang melakukan perayaan—jawabku
tapi mega lepas dan mendung tampak
kilau pijar, remah tanah dan segala yang basah
aku tetap harus bercerita
kuberi tahu padamu,
jangan pergi dulu.
Pelan kubaca, dalam desir, gigil, sayup matamu
redup dengar segala cecar
yang kemudian hadirkan sesal—angin—pada koma atau kemungkinan lain
yang sedang kau tunggu lanjutannya.
Aku menutup kata terakhir dengan
“Maaf”
Kau senyum kecil sebentar, mengganti topi kita semula
“Memangnya ini baik?” kau selalu banyak bertanya.
“Iya, untuk beberapa sebab.” aku memantik api, membakar rokok, dan menunggu mata kita bertatapan satu kali lagi.
Pelan-pelan kita lenyap,
dalam gelap lama cengkramkan bulan, semakin sulit terlihat
Malam, itu rahasia tinggal konotasi
dan bulan, yang semakin habis dilalap
murka perempuan kecewa
sebab ceritanya tidak pernah seindah metamor
Tidak pernah, memang.
Oh, malam!
(Jakarta, 5 November 2015)
0 komentar: